Rabu, 1 November, 2006 oleh: gklinis
Indonesia akan memiliki "Bank Tali Pusat"
Gizi.net - Kini Tersedia di Indonesia
Tak perlu ke Singapura untuk menyimpan tali pusat bayi Anda- yang kaya akan sel induk (stem cells)- karena Indonesia akan memiliki "Bank Tali Pusat" yang didirikan Cordlife Singapura bekerjasama dengan PT Kalbe Farma. Sel induk yang ada di tali pusat bisa dipergunakan untuk pengobatan kanker, jantung, diabetes hingga kerusakan tulang, tidak saja bagi pemilik tali pusat tetapi juga keluarga dekatnya.
Tarifnya pun terbilang ekonomis, untuk biaya pengambilan tali pusat dikenakan Rp 8 juta. Untuk biaya penyimpanan ditetapkan Rp 1,2 juta per tahun. Bandingkan dengan biaya penyimpanan tali pusat di Singapura yang bisa mencapai 5.000 hingga 10.000 dolar.
Rencana pendirian Bank Tali Pusat di Indonesia disambut baik Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Dalam acara jumpa pers yang digelar PT Kalbe Farma, di Jakarta, Sabtu (14/10), Menkes mengatakan, teknologi transplantasi sel induk saat ini sudah tak bisa dihindari lagi, dengan semakin banyaknya pasien yang menderita penyakit degeneratif dan kelainan darah.
"Dunia pengetahuan kesehatan semakin berkembang dan Indonesia tidak boleh terus tertinggal. Selama ini para ibu yang melahirkan telah membiarkan begitu saja darah tali pusat bayi mereka. Mereka hanya mengenal mitos kuno yaitu cukup menyimpan potongan tali pusat di rumah," ujarnya.
Dr Sunny Tan Chiok Ling dari Cordlife Singapura menjelaskan, selama masa kehamilan, tali pusat merupakan satu-satunya penyambung kehidupan antara sang ibu dengan sang bayi. Jika selama ini, ari-ari atau tali pusat dibuang dan dikubur, pada tahun 1963, dunia kedokteran menemukan, sel induk dari darah tali pusat dan ari-ari dapat digunakan oleh bayi maupun keluarganya untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
"Hal itu disebabkan karena darah di dalam ari-ari dan tali pusat mengandung berjuta-juta sel induk pembentuk darah yang sejenis dengan sel induk yang ditemukan di dalam sumsum tulang. Sel induk sumsum tulang dan darah tali pusat telah berhasil dipergunakan untuk mengobati berbagai penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa," katanya.
Pencangkokan sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Perancis pada tahun 1988 untuk penderita anemia Fanconi. Saat ini sudah lebih dari 3.000 pencangkokan darah tali pusat dan sudah lebih dari 72 penyakit yang terbukti bisa diobati dengan pencangkokan sel induk tersebut. Kebanyakan dari penyakit itu adalah penyakit akut seperti leukimia, non-Hodgkin's Lymphoma, anemia aplastic, dan penyakit auto-immune.
Di masa mendatang, peneliti percaya bahwa sel induk dapat dipergunakan untuk memperbaiki organ tubuh seperti jantung dan pankreas (diabetes), dan membantu pengobatan penyakit systemic lupus erythemathosus (SLE), multiple sclerosis, stroke, alzheimer, dan parkinson.
Minat masyarakat Indonesia untuk menyimpan tali pusat anaknya di Bank Tali Pusat tampaknya semakin meningkat. Menurut Yuliana Indriati dari Divisi Pengembangan Stem Cells Kalbe Farma, saat ini sudah ada sekitar 100 orang Indonesia yang menyimpan tali pusatnya di Cordlife Singapura. Satu di antaranya adalah anak dari artis Maya Rumantir.
"Saya melihat antusias masyarakat Indonesia untuk menyimpan tali pusat cukup besar. Itu terlihat dari permintaan sejumlah pasien di sejumlah rumah sakit di Jakarta. Namun, karena fasilitas Bank Tali Pusat di Indonesia masih dalam proses pembangunan, penyimpanan dilakukan di Singapura. Biayanya memang jadi lebih mahal, yaitu Rp 12 juta untuk pengambilan," kata Indriati.
Prosedur pengambilan tali pusat adalah pasien mengajukan untuk menjadi anggota pada saat masa kehamilan. Pada saat kelahiran, darah tali pusat tersisa di dalam plasenta, lalu diklem dan dipotong. Menggunakan teknik yang aman, dokter akan mengambil darah tali pusat ke dalam kantung darah. Prosesnya aman dan tidak menyakitkan ibu dan bayinya.
"Pemprosesan dan penyimpanan menggunakan kantung darah yang lebih steril dibandingkan metode lain. Sel induk akan disimpan dalam tabung nitrogen cair pada suhu minus 196 derajat celsius. Itu memungkinkan sel untuk diawetkan dengan aman. Sel induk dapat dipergunakan di masa depan jika diperlukan," katanya.
Ditanyakan apakah ada batasan lama penyimpanan, Indri mengatakan, tidak ada batas, tergantung pada keinginan klien. Kalaupun sel induk tersebut tidak dipergunakan pada anak bersangkutan, bisa digunakan untuk keluarganya. "Jika digunakan untuk anggota keluarga dekat, risiko penolakannya sangat kecil karena memiliki sifat genetik yang sama," ucapnya
Sumber:suara karya.com
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1162354190,53001,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar