Investasi kesehatan di bank darah tali pusar
Sel induk darah tali pusar terbukti membantu pemulihan penyakit kelainan darah.
Sekarang, banyak orang yang menawarkan jasa penyimpanan darah ini.
Peristiwa 20 tahun lalu itu merupakan mimpi buruk bagi Hwang Mi Soon. Saat itu, gadis Korea Selatan berusia 17 tahun itu harus menerima kenyataan sangat pahit. Dokter memvonisnya lumpuh seumur hidup. Inilah buntut kecelakaan yang membuat kakinya tak lagi mampu bergerak. Bertahun-tahun kemudian, hidupnya tak terlepas dari kursi roda. Kendati ia telah menjalani pelbagai pengobatan, hasilnya nihil. Ia hanya bisa pasrah menunggu mukjizat. November tahun lalu, harapan Hwang mulai terkuak. Hanya sebulan setelah menjalani operasi transplantasi darah tali pusar sumbangan seorang donor di Bank Darah Tali Pusar (Cord Blood Bank) Seoul di tulang belakangnya, perubahan besar terjadi. Secara tak terduga, dia mulai bisa berdiri dan berjalan dengan bantuan penyangga. Sesuatu yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Hari-hari Hwang selanjutnya penuh harapan untuk bisa pulih seperti sedia kala.
Kisah nyata Hwang ini dimuat di harian terkemuka di Korea Selatan Streats, November lalu. Sekaligus, mukjizat Hwang ini menambah deretan panjang pasien yang merasakan manfaat darah tali pusar bagi pemulihan sakitnya. Keberhasilan transplantasi ini membuat banyak ahli kedokteran mulai melirik sel induk atau biang darah dari tali pusar sebagai alternatif pengobatan, khususnya untuk penyakit yang disebabkan oleh kerusakan sel darah.
Sejatinya, sumber sel induk sendiri bisa dari dua macam: embrio manusia (embryonic stem cell) dan sumber dewasa (hematopoietic stem cell). Sel dari embrio ini dipercaya mengandung sel biang untuk semua organ manusia. Tapi, secara etik kedokteran, pengambilan sel embrio ini masih belum bisa diterima. Yang jamak adalah pengambilan sel induk dewasa. Praktek yang sudah lama berlangsung adalah dengan mengambil sel sumsum tulang belakang. Tapi, belakangan, darah dari tali pusar dianggap lebih kecil risikonya ketimbang mengambil sumsum. Sebelum jauh, ada baiknya Anda tahu apa itu darah tali pusar (umbilical cord blood). Jenis darah ini merupakan darah yang diambil dari tali pusar atau plasenta sesaat setelah seorang bayi dilahirkan. Menurut kajian laboratorium, darah tali pusar kaya akan sel induk hematopoietik (haematopoeitic stem cell) yakni sel induk pembentuk darah. Sel induk ini mampu memproduksi sel-sel darah baru, baik itu sel darah merah, sel darah putih, maupun keping darah yang sehat.
Ide untuk menggunakan darah tali pusar ini dipicu oleh keberhasilan seorang dokter di Prancis melakukan transplantasi darah tali pusar manusia pada seorang anak laki-laki berusia lima tahun sekitar 1988. Anak itu menderita anemia fanconi yakni penyakit turunan yang menyerang sumsum tulang belakang. Akibatnya, produksi semua jenis sel darah menurun. Dokter memasukkan sel induk pengganti ke tulang belakang yang membantu membangun kembali produksi darah. Penelitian khasiatnya masih dalam proses.
Tak lama kemudian, beberapa penelitian menyimpulkan bahwa darah tali pusar tak cuma menyembuhkan kelainan darah. Tapi juga ada 45 penyakit yang bisa pulih dengan pencangkokan sel induk dewasa yang dalam istilah kedokteran disebut HSC. Kebanyakan penyakit itu adalah penyakit berat seperti leukemia, talasemia, anemia, myeloma, dan hodgkin. Belakangan, para peneliti yakin, sel induk itu juga bisa mengobati penyakit jantung, diabetes, systemic lupus erithematosus, stroke, alzheimer, dan parkinson.
Terinspirasi khasiat luar biasa itu, lima tahun terakhir, di beberapa negara didirikan bank darah tali pusar (cord blood bank). Mereka juga menerima donasi darah dari ibu-ibu yang baru melahirkan. "Bank dan penelitian soal darah tali pusar banyak berkembang di negara Eropa dan Amerika," tutur Dr. Frans Ferdinansyah, Marketing Manager StemCord, perusahaan yang bergerak di jasa penyimpanan darah tali pusar. Sekadar catatan, darah tali pusar ada yang dikelola pemerintah selayaknya bank darah, ada juga dari swasta. Ruswandi, Ketua Harian Yayasan Thalassemia Indonesia (YAI), mengaku fungsi sel induk tali pusar untuk penyembuhan berbagai penyakit, termasuk talasemia. Cuma, sejauh ini, Ruswandi mengaku belum mendengar langsung dari pasien yang telah mengalami penyembuhan. "Cara penyembuhan ini masih tergolong baru," tuturnya.
Selain transfusi, penyembuhan talasemia umumnya lewat pencangkokan (replantasi) sel tulang sumsum. "Biayanya cukup mahal," katanya. Pencangkokan darah tali pusar ini, menurut Frans, jauh lebih dimungkinkan ketimbang sumsum tulang. Selain tak mengandung risiko bagi ibu dan bayi, pengambilannya tak menimbulkan nyeri dan prosesnya cepat. Penerimanya bisa lebih variatif. Bisa untuk anggota keluarga yang lain atau mereka yang tak ada hubungan keluarga asal cocok. "Kalau darah sumsum tulang tingkat kecocokannya dengan orang lain sangat kecil," ungkap Frans.
Oh ya, besaran darah yang bisa diambil dari tali pusar beragam. Umumnya yang diambil antara 50 ml sampai 150 ml. Di laboratorium, darah itu masih dipisahkan dan cuma diambil sel induknya untuk disimpan. Berapa banyak sel induk yang bisa diambil dari darah tali pusar itu? Frans menghitung, sekitar 65 ml-75 ml darah tali pusar mengandung antara 500 juta sampai 600 juta sel. "Tergantung jenis dan kandungan dalam darah orang," tuturnya. Jumlah sel yang mencapai ratusan juta itu, menurut Robert Dharmaseputra, perwakilan Cordlife, sebuah bank penyimpan darah tali pusar, bisa digunakan sesuai kegunaan. Cukupkah? "Tergantung kondisi pasien. Gemuk kurus, parah tidaknya penyakit mempengaruhi kebutuhan sel darah," jawabnya. Bukan tidak mungkin, jumlah yang disimpan tak mampu memenuhi kebutuhan. Bisa saja satu orang membutuhkan dua sampai empat darah tali pusar. Selain itu, kemungkinan kegagalan bukan tak ada. "Masalah sembuh tidaknya, tergantung proses transplantasi," ungkap Bondan Lukito, seorang dokter kandungan. Apalagi, kata Bondan, kepulihan pasien setelah proses transplantasi dengan sel darah tali pusar ini, sejauh ini memang masih dipertanyakan. Beberapa memang telah mengaku mendapat hasil, tapi, "Penelitian soal ini di luar negeri masih berlangsung. Kita tidak tahu kapan itu akan selesai," ujar Lani, dokter spesialis kandungan dan anak.
Targetnya : yang punya riwayat kelainan darah
Asia tampaknya menjadi target utama bisnis penyimpanan tali pusar ini. Pasalnya, beberapa temuan menunjukkan, penyakit yang ditimbulkan oleh kelainan darah, terutama karena faktor genetika, banyak terjadi di Asia. Itulah sebabnya, di beberapa negara tetangga, bisnis penyimpanan tali pusar ini mulai marak. Di Singapura dan Malaysia, misalnya, pemerintah malah punya bank khusus tali pusar ini. Kalau bank darah tali pusar pemerintah menerima donor, kebanyakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang ini cuma memberi jasa penyimpanan darah tali pusar untuk klien individual. Stemcord, yang menawarkan jasa ini menyatakan. "Banyak orang yang mulai sadar pentingnya penyimpanan darah tali pusar sebagai investasi ke depan
Di Indonesia sendiri, bank dan jasa penyimpanan darah tali pusar belum ada. Mereka yang tahu khasiatnya umumnya menggunakan jasa dua perusahaan dari Singapura yaitu Stemcord. Mereka bahkan membuka perwakilannya langsung di Indonesia. "Tugas utamanya lebih sosialisasi dan memfasilitasi saja Untuk menggunakan jasa ini, ibu yang sudah menjalani kehamilan lewat enam bulan bisa meneken kontrak perjanjian penyimpanan. Bersamaan dengan itu, klien mendapat starter kit yang berisi panduan pengambilan darah dan seperangkat kantong penyimpanan darah (blood bag). Pengambilan darah bisa dilakukan oleh dokter kandungan yang membantu kelahiran. Tapi, begitu sudah diambil, dalam waktu kurang dari 36 jam, darah harus segera diproses di laboratorium untuk diambil biangnya (sel induk).
sumber: Bagus Marsudi, Nur Agus Susanto, Hendra Soeprajitno (memuat wawancara majalah Kontan dengan Stemcord)
Darah Tali Pusar, Asuransi Biologis Masa Depan Print E-mail Oleh Kompas Cyber Media
Bila selama ini darah dari tali pusar dibuang begitu saja sesaat setelah seorang ibu melahirkan, pikirkan sekali lagi. Sebab, di sana terkandung sel induk yang bisa menjadi obat macam-macam penyakit. Inilah "asuransi biologis" masa depan!
Wahai para ibu, semoga anak Anda tidak bernasib buruk seperti Keone Penn.
Anak Lesslie Penn ini menderita sickle cell (sel arit), suatu penyakit genetis yang menyerang darah. Sel darah normal berbentuk seperti donat, yang mengalir sepanjang pembuluh membawa oksigen. Pada penderita sel arit, darah menjadi keras dan lengket, bentuk selnya berubah mirip arit (sabit) seperti biasa dipakai petani untuk memotong rumput. Saat melewati pembuluh yang mirip pipa kecil, sel darah berbentuk sabit itu akan menyumbat saluran dan berhenti. Ini menimbulkan kesakitan, serta merusak dan menurunkan jumlah darah.
Keone terdiagnosis menderita penyakit itu saat berusia enam bulan. Lalu, ketika berumur lima tahun, penyakit sel arit menyebabkan Keone menderita stroke. "Sepanjang yang kuingat, begitu bangun, kulihat ibu di sampingku beserta keranjang dan boneka beruang Teddy. Sangat menakutkan," kenang Keone.
Ditemani ibunya, Keone rajin keluar- masuk sebuah rumah sakit di Atlanta untuk menjalani transfusi darah. Ia berjuang melawan stroke yang bisa merenggut nyawanya kapan saja. Namun, saat menjelang umur 11 tahun, transfusi yang dia jalani tak lagi menolong. Secara perlahan penyakitnya telah merusak persendian dan tulang belakangnya. Akibatnya, Keone tidak bisa beraktivitas layaknya anak sebayanya. "Jika aku main basket, kesenggol saja membuatku sakit sekali," keluhnya.
Sejatinya, pasien macam Keone bisa menjalani tranplantasi sumsum tulang belakang. Tapi prosesnya rumit, antara lain karena harus ada kecocokan gen antara pendonor dan penerima. Celakanya lagi, tidak ada donor yang cocok untuk Keone. Namun, secercah harapan bersinar ketika Dr. Andrew Yeager dari University Pittsburgh menawarkan pengobatan dengan metode baru, yakni transplantasi menggunakan darah tali pusar (umbilical cord blood, UCB).
"Saya tidak yakin prosedur ini berjalan baik. Peluangnya fifty-fifty dan terserah Anda. Saya tidak bisa menjanjikan sebuah kesembuhan," tutur Dr. Yeager mengakhiri penjelasan panjang lebar soal metode baru itu kepada Lesslie Penn.
"Ibu masuk ke kamarku dengan wajah tertekan dan menarik kursi mendekati tempat tidurku. Ia lalu menceritakan semua yang dijelaskan Dr. Yeager kepadaku. Aku hampir menangis. Ibu mulai bisa menguasai emosinya dan dengan tenang berkata, �Waktumu tinggal lima tahun lagi.�" Keone mengenang saat-saat ibunya memberi kabar soal metode yang akan digunakan untuk menyembuhkannya.
Selepas Natal 1988, setelah dibombardir dengan kemoterapi untuk menghancurkan darah "jahat" di tubuhnya, Keone menerima suntikan darah tali pusar. Ajaib, beberapa minggu kemudian sistem darah Keone berubah dari tipe O menjadi B, sesuai dengan tipe darah yang disuntikkan ke tubuhnya. Setahun kemudian dokter menyatakan, sel arit di tubuh Keone sudah hilang.
Selain Keone, Oh Tze Sun, bocah asal Singapura penderita thalasemia mayor sejak berusia enam bulan, pun tertolong berkat UCB. Juli 2001 Oh diberi darah tali pusar dari bocah yang tidak punya hubungan kerabat dengannya. Kini ia tidak perlu disuntik setiap hari dan transfusi darah setiap tiga minggu.
Dari otak sampai gigi
* Transplantasi UCB memang tergolong metode baru jika mengacu ke transplantasi pertama yang dilakukan terhadap seorang bocah berusia lima tahun di Prancis yang menderita anemia Fanconi tahun 1988.
Anemia Fanconi adalah penyakit keturunan yang utamanya mempengaruhi sumsum tulang belakang, berakibat pada menurunnya produksi semua jenis sel darah. Saat itu ia menerima suntikan darah tali pusar adiknya yang baru lahir. Sistem ini dikembangkan untuk mengatasi kelemahan transplantasi sumsum tulang belakang, yang merupakan sumber "tradisional" stem cell (sel induk).
Apa itu sel induk ?
Menurut Academic Press Dictionary of Science Technology, sel induk didefinisikan sebagai sel yang berfungsi sebagai sumber lanjutan sel baru. Sel ini sanggup berkembang biak secara tidak terbatas dan berkembang menjadi sel khusus. Bisa dibilang, inilah biangnya sel yang menyusun jaringan tubuh. Manakala kita terluka, misalnya, sel ini bertindak dengan membelah diri menjadi sel baru, menggantikan sel yang rusak.
Untuk lebih mengembangkan transplantasi ini, sejak 1986 National Marrow Donor Program (NMDP), sebuah lembaga nirlaba di AS, memberi fasilitas transplantasi sumsum tulang belakang dan - sekarang ini - transplantasi sel induk. Dari daftar yang mereka susun, ternyata ada 72 pe-nyakit yang bisa disembuhkan melalui sel induk. Kebanyakan adalah penyakit sangat serius ma-cam leukimia, bermacam bentuk anemia, serta myeloma. Para ilmuwan yakin, penyakit jantung, diabetes, maupun Alzheimer dan Parkinson tinggal menunggu waktu "dijamah" dengan sel induk.
Sungguh, kita patut berterima kasih pada para peneliti yang telah berkutat dalam pelbagai penelitian tentang sel induk. Selama dekade terakhir, ihwal sel induk memang menyedot minat para ilmuwan untuk mempelajarinya. Banyak hal yang terungkap sehingga mereka semakin mengerti soal sel ini dan apa yang bisa mereka lakukan. Salah satunya, sel ini dapat berperan secara luas dalam bidang pengobatan medis.
Umumnya, semakin muda sumber sel induk, semakin banyak gunanya. Sumber sel induk paling oke sesunguhnya ya dari embrio. Sumber ini jauh lebih jos karena bisa "menghasilkan" bermacam jenis sel: jantung, paru-paru, otot, kulit. Pokoknya, semua organ! Sayangnya, karena alasan moral, banyak negara yang mengontrol ketat penelitian soal sel induk yang bersumber dari embrio ini.
Makanya, kemudian dicarilah sumber sel induk dewasa. Kalau yang ini, banyak sumbernya. Yang terbaru dari otak, otot, kulit, liver, bahkan gigi! Tapi semua itu masih sebatas percobaan. Yang sudah berjalan yaitu dari sumsum tulang belakang dan dari darah tali pusar yang kini mulai marak dilakukan.
Hanya saja kualitas kedua sumber itu masih di bawah embrio. Artinya, belum bisa menghasilkan semua jenis sel. Ambil contoh, sel induk dari sumsum tulang belakang dan UCB merupakan sel induk haemotopoietic (HSC). Maksudnya, HSC hanya menghasilkan sel yang berhubungan dengan darah dan sistem kekebalan - sel darah putih (yang berperang melawan infeksi), sel darah merah (kurir oksigen bagi tubuh), dan platelet (keping darah, berfungsi membekukan darah). Banyak penelitian kini diarahkan ke sumber yang satu ini.
HSC kemudian digunakan pada transplantasi untuk menghasilkan sumsum tulang belakang pasien, yang lalu bisa menghasilkan sel darah merah, sel darah putih, dan sel penggumpal. Transplantasi HSC diperlukan manakala sumsum tulang belakang pasien tidak berfungsi karena suatu penyakit. Namun, untuk tipe kanker tertentu, kemoterapi dosis tinggi atau terapi radiasi tetap diperlukan untuk mempengaruhi pengobatan. Terapi itu akan merusakkan sel-sel di sumsum tulang belakang. Tranplantasi HSC lalu diperlukan untuk mengisi kekosongan darah dan sistem kekebalan.
Lebih primitif
Sebagai sebuah metode baru, apa yang ditawarkan darah tali pusar ini dibandingkan dengan transplantasi sumsum tulang belakang?
Dalam public talk yang dilakukan CordLife Singapura beberapa waktu lalu yang juga dihadiri Intisari, Soren M. Bested - Chief Technology Officer merangkap Laboratory Director CordLife - mengungkapkan beberapa kelebihan UCB ini.
Pertama, UCB bebas risiko dan rasa sakit saat diambil. Bagaimana mau sakit wong pengambilannya tidak lama sesudah si ibu melahirkan, dan hanya butuh waktu beberapa menit. Cara mengambilnya pun tinggal menusukkan jarum ke tali pusar. Bandingkan dengan pengambilan sumsum tulang belakang yang pendonornya harus dibius dan dibedah untuk melihat risiko kemungkinan infeksi. Mengumpulkan sumsum tulang belakang sendiri menyakitkan dan merupakan proses invasive. Selain itu, darah tali pusar bisa dikatakan barang terbuang.
Kedua, UCB selalu siap digunakan kapan saja diperlukan. Sebab, ia bisa disimpan di kulkas cyrogenic yang sangat dingin, sampai minus 180oC. Bandingkan dengan kulkas di rumah kita yang rata-rata hanya minus 20oC. Berapa lama waktu penyimpanan memang belum ada angka pasti, seperti diakui dalam situs The UCLA Umbilical Cord Blood Bank. Mereka merencanakan untuk menyimpannya paling tidak selama 10 tahun. Sebaliknya, sumsum tulang belakang diambil saat diperlukan, plus memerlukan waktu berminggu-minggu - bahkan berbulan-bulan - untuk menemukan donor yang cocok dan ... mau.
Ketiga, rendahnya risiko Graftversus-Host Disease (GvHD), suatu komplikasi yang terjadi setelah transplantasi sel induk, di mana sel donor (graft) menyerang sel penerima (host). GvHD terjadi jika sel donor dan penerima tidak kompatibel meskipun sesuai. Nah, karena dipandang lebih "naif" ketimbang sumsum tulang belakang, darah tali pusar memiliki kecenderungan untuk kompatibel antara donor dan penerima.
Keempat, soal kecocokan. Jika seorang pasien memerlukan transplantasi, donor harus cocok dengan pasien. Kecocokan ini dilihat dalam hal surface antigen yang dikenal sebagai human leukocyte antigen, atau penanda HLA. Ada enam HLA dalam tubuh kita, dan pada transplantasi sumsum tulang belakang, keenam HLA pasien harus cocok dengan keenam HLA donor. Tranplantasi darah tali pusar mensyaratkan minimal tiga HLA saja yang cocok. Perlu diketahui, "Seorang anak memiliki tiga HLA dari masing-masing orangtuanya," kata Soren.
Masih banyak kelebihan lainnya. Salah satunya, UCB lebih "muda" dibandingkan dengan sumsum tulang belakang dan memiliki potensi yang besar untuk diekspansi, sehingga bisa dihasilkan sel induk turunan tanpa berkembang menjadi sel khusus.
Meski begitu, ada juga kekurangannya. Karena sel induk di darah tali pusar tergolong lebih primitif dibandingkan dengan yang ada di sumsum tulang belakang, proses penyatuannya yang memerlukan waktu lebih lama membuat pasien penerima tranplantasi berisiko infeksi untuk jangka waktu yang lama. Kelemahan lainnya, pengambilan UCB hanya mengandung sel induk yang cukup untuk tranplantasi seorang anak atau dewasa muda berbobot 45 - 50 kg.
Bagaimanapun, darah tali pusar telah menyelamatkan jiwa Keone Penn dan Oh Tze Sun.
IBARAT ASURANSI
Bagi Tini Widjaja darah tali pusar ibarat sebuah asuransi - utamanya - bagi anak yang dilahirkan. "Selain itu ada peluang," ujarnya melalui telepon. Maksudnya, inilah anak terakhirnya setelah ia melahirkan anak pertama - keduanya melalui operasi caesar.
Pengambilan UCB yang dilakukan pada 2003 itu, menurut dia, tidak membuatnya sakit dan berlangsung hanya beberapa menit. . Sepintas, biaya yang dikeluarkan terlihat mahal, Sin $ 3.750. "Sekarang sudah turun, sekitar Sin $ 2.000-an," tambah Tini. Biaya itu belum termasuk biaya penyimpanan sebesar Sin $ 250 per tahun. Namun, jika dikaitkan dengan manfaatnya dalam melawan penyakit, sepertinya sepadan. Lagi pula kontraknya sampai 21 tahun.
Makanya ia berpesan, jika keadaan memungkinkan, tak ada salahnya menyimpan darah tali pusar. Tiga bulan setelah melahirkan, Tini mencoba melihat tempat penyimpanan darah tali pusar anaknya di Singapura. Maklum, begitu diambil, darah itu langsung diterbangkan ke Singapura. "Saya menjadi yakin setelah melihat laboratorium mereka." (Intisari)
sumber : http://www.kristamedika.com/info-cordbanking.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar